Kamis, 12 Maret 2009

Si kecil Joni Didakwa Memperkosa

Si kecil Joni yang baru berumur 9 tahun ditangkap lalu dihadapkan ke muka persidangan dengan dakwaan melakukan tindak pidana pemerk0saan terhadap seorang perempuan dewasa.

Meskipun sulit dipercaya anak seusia Joni mampu melakukan perbuatan itu, pihak Penuntut Umum mengajukan bukti-bukti yang sulit dibantah.

Putus asa dengan jalannya persidangan yang makin memberatkan kliennya, Hatoman Sitompul pengacaranya Joni melakukan tindakan drastis. Ia mendekati kliennya, membuka celananya, lalu menggenggam 'burung' kecilnya Joni.

"Bapak Hakim dan sidang hadirin yang terhorma!t", seru Sitompul sambil menghadap ke pengunjung, "Tentulah Anda- semua tak percaya bagaimana mungkin organ seksual yang kecil dan belum berkembang ini bisa melakukan tindakan yang dituduhkan?"

Dengan lebih bersemangat dia melanjutkan sambil berputar ke arah Hakim sambil tetap menggenggam burungnya Joni, "Bagaimana mungkin alat vital seimut ini bisa melakukan seks secara paksa terhadap wanita dewasa, sedangkan untuk bisa ereksi saja sulit dipercaya?"

"HATI-HATI!", seru si Joni. "Satu goyangan lagi pak Tompul akan kalah perkara!"

Sarjana Ekonomi VS Lulusan SD

Seorang Sarjana Ekonomi yang beberapa kali memulai bisnisnya namun selalu gagal terheran-heran dengan kisah sukses seorang pengusaha sukses yang ternyata latar pendidikannya hanyalah seorang lulusan SD.

Sang Sarjanapun datang kepada Si Pengusaha lulusan SD itu untuk sekedar bertanya mengenai kiat-iat suksesnya. Lantas terjadilah dialog seperti ini :

Sarjana : "Pak, bagaimana bapak bisa sesukses ini dalam menangani usaha bapak selama ini?"

Pengusaha : "O..itu mudah saja pak..saya tidak pernah ambil untung banyak-banyak terhadap semua barang yang saya jual !"

Sarjana : "Berapa bapak ambil keuntungan ?"

Pengusaha : "Hanya 1% !"

Sarjana : "Cuma 1% ? pantas..!"

Pengusaha : "Iya pak cuma 1% untungnya. Jadi kalau saya beli dengan harga satu juta maka saya menjualnya dengan harga dua juta."

Sarjana : "@#$^&*?!!!!"

Rabu, 11 Maret 2009

Edelweis dan keabadiannya


siapa yang tidak kenal dengan bunga yang satu ini. saya yakin semua yang mengaku mapala atau komunitas pecinta alam pasti akan dengan segera mengakui bahwa ia mengenalnya. namun apa jadinya jika keabadian bunga ini diusik oleh tangan-tangan jahil, yang kemudian memetiknya untuk dibawa pulang. lebih parah lagi kalo dipetik hanya untuk pembenaran atau bukti bahwa ia telah mencapai puncak gunung tertentu.

bunga Edelweis ada beberapa macam warnanya, tergantung dari habitat dimana ia tumbuh. di gunung Arjuno dan Welirang (jawa-timur), bunga ini akan berwarna sedikit kkuningan. di beberapa gunung lain, warnanya pun akan lain. biru, sedikit kemerahan. yang paling banyak ditemui adalah warna putih. ada juga yang berwarna-warni (karena di cat oleh penjualnya, hehehe….)

sekiranya bunga ini dipetik, dan kemudian di tunjukkan pada orang lain yang ada di bawah (yang gak ikutan naik gunung, mis), saya bisa menyebutnya sebagai suatu perusakan ekosistem dan habitat. meskipun bunga ini disebut juga dengan bunga abadi, namun alangkah lebih baiknya jika kita tidak memetiknya dan menjadikannya sebagai hiasan di rumah. lebih parah lagi jika bunga ini nantinya akan diberikan pada kekasih pujaan hati. Wuih…….ga Gentle banget tuh orang. kalo jadi cewek yang dikasih bunga, malah ku suruh balkin lagi aja di tempatnya semula.

sudah banyak peraturan yang melarang untuk membawa pulang bunga edelweiss ini. di Gunung Semeru, siap-siap jika ketahuan memetik bunga ini, berendam di Ranu Kumbolo atau Ranu Regulo. Wuih…dingin banget. makanya, jangan coba2 ngambil ya. kalo diambil� terus, maka keabadiannya akan hilang lho….. kesadaran akan kestabilan habitat dan ekosistem lingkungan akan membuat kita semakin bijak dalam memahami alam. So…..don’t take this flower home. I mean it….� :-)